Minggu, 08 Maret 2009

PENGAKUAN TERHADAP SEBUA USAHA

“TIT..TIT..TIT..!!!” bunyi alarm yang terus terdengar dari kamar adikku.

“Selamat pagi, Vidi” lirihku pada boneka anjing putih yang selalu setia mendampingiku dan menemaniku menjelang tidurku.

“Vi….., Vien..! Bangun nak!” teriak ibuku melewati pintu kamar bercat hijau itu.

“Kamu harus sekolah” ucapnya.

“Oh….YEAH!!, Sekolah dan sekolah lagi!!” gerutuku.

Namaku Vieny Alvino, gadis remaja yang masih duduk dibangku sekolah. Aku bersekolah di salah satu SMU yang cukup terkenal di kotaku. Dan hampir seluruh remaja ingin masuk ke sekolah ini.

Layaknya seorang remaja, aku pun menyukai masa – masa SMU, berteman, mengobrol dan jalan – jalan sudah menjadi kebiasaanku namun satu hal yang sangat mengganggu pikiran ibuku, karena lingkungan dan kebiasaan aku pun sudah mulai jenuh terhadap semua pelajaranku.

Memang semenjak masuk SMU, aku sudah banyak mengalami perubahan, baik dalam hobi maupun kebiasaan, sebagian waktu kuhabiskan untuk mencoba suatu hal baru yang menarik dan penuh tantangan. Aku mengikuti kegiatan – kegiatan yang berbau sosial dan berjiwa alam. Bersama teman-teman klubku kami sering sekali menghabiskan waktu dilaut, mencoba untuk menaklukkan sang ombak dan menjadi peselancar yang hebat. Yah…Surfing sudah menjadi bagian dari masa SMU- ku. Di lain waktu, aku dan klubku tidak hanya melakukan surfing, kami juga mencoba diving, memanjat tebing bahkan mendaki gunung. Sungguh ini adalah pengalaman yang sangat mendebarkan.

Mencoba suatu yang baru memang sangat mengasyikkan, namun ini menjadi masalah bagiku karena aku tidak bisa membagi waktuku, aku pun mulai bosan untuk belajar dan melupakan semua tugas – tugasku. Bahkan tidak jarang aku meninggalkan jam sekolah untuk Surfing keluar daerah. Sampai suatu saat ;

“Kenapa nilaimu jadi seperti ini ?!” tanya Ibuku ketika aku pulang kerumah dengan membawa hasil belajarku. Kemarin adalah hari dibagikannya raport bulanan untuk semester ini dan hasilnya memang suatu hal yang patut dipertanyakan.

“ Ini kan cuma raport bulanan, Bu!” Jawabku.

“Ibu nggak mau tahu! pokoknya kalau bulan depan raportmu masih begini HENTIKAN semua kegiatanmu!! Mengerti ?!!!” ancamnya.

“Oh…….Yaaaaa…!” jawabku asal – asalan.

Ibuku memang tidak salah, ketika masih duduk dibangku SMP, aku selalu membawa hasil yang bisa dibilang cukup memuaskan bagi kedua orangtuaku, mereka pun terbiasa melihatku selalu menjadi yang terbaik. Namun kini, semuanya berubah!! aku pun tak bisa mengembalikan predikatku dimata mereka.

Mungkin semua memang salahku, salahku karena aku tidak memperhatikan pelajaranku, salahku karena aku lebih menyukai semua kegiatan – kegiatanku dan salahku karena aku memilih semua kegiatan itu untuk menghiasi masa – masa remajaku. Dan salahku karena aku lebih menyukai duniaku daripada dunia penting yang berada dalam buku pelajaranku.

Namun bagaikan mendarah daging, kebiasaan ini tidak bisa dirubah, aku masih saja cuek dan tidak peduli terhadap pelajaranku dan aku pun tenggelam dalam semua kegiatanku dan bermain dengan fantasiku.

“Vi…kemari nak!” panggil Ayahku disuatu pagi yang cerah.

“ I’m coming, Yah!” jawabku.

Kami pun duduk di teras depan dan mulai mengobrol dengan santai sambil menikmati teh buatan Ibu, tiba – tiba…….

“Ayah sudah mendengar dari Ibumu” ucapnya

“mendengar apa,Yah? Oh… Ibu sudah kasih tahu Ayah ya kalau Vien pengen surfing di Kuta! Boleh ya, Yah?! Pasti bolehkan, Yah! Ayah memang ayah terbaik di dunia!”

“bukan soal itu!! Soal nilai – nilaimu!” tegasnya

Aku pun terdiam sampai ia kembali berkata ;

“Ayah dan Ibu tidak melarang kalau kau mengikuti kegiatan ekstramu namun kau pun harus tahu bahwa pelajaranmu itu yang utama. Kami tak pernah lagi melihatmu giat berusaha menyelesaikan semua pekerjaan rumahmu dan membaca habis semua bukumu.”

“kalau terus – terusan begini, Ayah pun tak bisa lagi mengizinkanmu berpetualang!” katanya.

“Tapi yah…Vien kan cari pengalaman, Vien juga belajar berorganisasi, Vien juga belajar bagaimana menghadapi orang dan bagaimana menghadapi tantangan, dikelas aja Vien masih suka diem. Vien kan pengen berubah!” belaku.

“Ayah tahu! Kamu memang lebih suka pengalaman yang berbau tantangan sosial, kamu tidak salah sayang…., sosialisasi memang diperlukan saat kamu terjun dalam masyarakat yang sebenarnya, namun satu hal yang tidak boleh kamu lupakan, yaitu tanggung jawabmu sebagai seorang pelajar.” ucapnya.

“Ya Ayah! Vien akan ingat semua nasehat Ayah.” Kataku.

Hampir satu bulan semenjak ayah bilang begitu, namun hal ini tidak pernah aku terapkan dalam hari – hariku, aku pun tak pernah berusaha untuk berubah dan mengikuti nasehat ayahku. Aku pun kembali sibuk dengan duniaku dan mulai kembali melupakan semua pelajaranku sampai tiba saatnya pembagian hasil belajarku.

“Viieennyyyyy…!! BANGUN!!” suara alarm yang selalu kudengar setiap pagi.

“Sekolah…….!!” Teriak ibuku.

Hari ini adalah hari pembagian raport dan setiap kali datangnya hari ini aku selalu yakin pada diriku, walaupun tanpa USAHA maksimal aku percaya nilaiku masih bisa dibilang bagus. Dan ternyata itu benar.

“Vieny Alvino!”kudengar namaku dipanggil ketika Pak Dinda menyebutkan nama– nama siswa yang menempati peringkat 10 besar.

Aku maju ke depan kelas dan menerima raportku, aku melihat hasilnya dan sedikit kecewa karena kembali aku tak bisa memberikan yang terbaik untuk ibuku. Namun ada senyum di pipiku karena aku bisa membuktikan kepada ayahku bahwa aku masih mampu. Namun senyum itu hilang dan berubah menjadi kesedihan ketika kudengar bisik – bisik di belakangku.

“Kok bisa sich……..?!” bisik salah satu temanku kepada temanku yang lain.

“kenapa bisa dia…?!” kata mereka

“Dia kan jarang dikelas bahkan aku tak pernah melihatnya mengerjakan PR!!”kata salah satu temanku yang lain.

Aku kembali ke kursiku dengan langkah lesu dan bertanya dalam hati “mengapa kalian tidak percaya bahwa ini adalah hasilku?”lirih suara dalam hatiku.

Sungguh ini bukan hal yang menyenangkan. Aku memang tak pernah memperlihatkan usaha maksimal tapi bukan berarti aku tidak berusaha kan..?!

Aku pun pulang ke rumah tanpa senyum di wajah. Ayahku heran dan bertanya mengapa, aku pun menceritakan apa yang baru saja terjadi. Ayahku pun berkata ;

Apa yang kau dapatkan adalah milikmu, tak peduli apa pendapat orang jika itu memang hasil dari usahamu, tapi satu hal yang perlu kau tahu, kau akan menikmati hasil itu jika orang mengakui bahwa itu adalah hasil dari jerih payahmu! Untuk itu, kau tak perlu malu, usahakanlah segala sesuatu hingga engkau dapatkan pengakuan atas dirimu, pengakuan atas usahamu. Ingatlah hal ini selalu karena ini adalah nasehatku!!!”

Dan nasehat ini akan kuingat selalu dan aku pun akan terus berusaha hingga aku dapat pengakuan dari teman – temanku bahwa ini adalah kemampuanku. Dan akan kubuktikan hal itu karena ini adalah janjiku.

Senin, 09 Februari 2009

INILAH HIDUP-KU

Aku tak tahu’…

Akan jadi apa akunya nanti.

Namun yang pasti,

Akukan coba untuk tetap disini

Aku tak tahu’…

Kemana takdir kan membawaku pergi

Yang aku tahu aku masih disini

Tapi akupun tak tahu

Apa yang kulakukan disini

Aku tak tahu

Apa yang akan terjadi

Namun apapun yang terjadi

Aku kan bertahan disini

Dan menjadi diriku sendiri

Aku tak takut

Sgalanya akan kuhadapi

Dengan segenap kemampuan yang aku miliki

“UNTUK ITULAH AKU BERADA DISINI”